Mungkin aku hanya bisa berkata maaf…
maaf dan maaf… Kata inilah yang kini sering kuucapkan, buat belahan
jiwaku yang memang harus aku tinggalkan. Bukan… bukan karena aku tidak
lagi menyayangimu, tapi justru sebaliknya aku sangat sayang sekali
padamu. Aku terpaksa meninggalkanmu, aku terpaksa menjauhi dan aku
terpaksa tidak lagi mengajakmu. Walaupun hati ini merasa tidak rela
untuk melepaskanmu. Tapi sekali lagi keadaan yang membuat aku harus
melakukan hal ini, aku harus meninggalkanmu demi kebaikan mu dan
diriku, demi kebaikan kita berdua.
Aku tak pernah meragukan kesetianmu.
Kau telah membuktikan itu semua. Kau selalu menemaniku kemanapun aku
pergi. Kau tak pernah protes saat aku ajak berjalan jauh ditengah terik
matahari. Kau tak pernah mengeluh dan hanya diam saat ku ajak bermain. Dan kau tak pernah merasa
minder saat kau harus menemaniku ketempat-tempat dimana kau tak pernah
dianggap oleh sekelilingmu. Sekali lagi, aku tak pernah meragukan
ketulusanmu. Sudah cukup bukti yang menggambarkan kesetiaanmu dan
pengorbananmu untuk ku. Dan aku tak kan pernah sanggup menguraikan satu
perasatu bukti pengabdianmu pada diriku. Kau telah membuatku percaya
diri saat kita berjalan bersama.
Ya… aku ingat, ketika kau menemaniku
mendaki gunung geulis bersama teman-temanku. Aku hampir saja kehilanganmu,
karena waktu itu aku sempat tergelincir. Aku ingat saat aku harus
menunggu giliran buat tes wawancara di salah satu sekolah, yang membuatku begitu bosan, kau dengan setia
bersamaku. Aku ingat saat sahabatku merasa tak nyaman karena aku
mengajakmu ikut bersamaku. Aku ingat, betapa beraninya kau menemaniku
untuk menemui teman saudaraku di asrama militer tempat beliau menjalani
pendidikannya. Dan aku juga ingat, kau acuhkan beberapa pasang mata
provost yang menantapmu dengan sinis, saat kita berdua melewati mereka.
Dulu memang aku begitu membelamu,
melindungi dari tangan-tangan usil yang ingin memisahkan kita. Aku rela
dikeluarkan dari ruang kelas saat guruku memintaku untuk tidak
mengajakmu serta saat sekolah. Aku tak takut saat teman saudaraku marah melihat
mu bersamaku waktu aku menjenguknya di asrama militer. Aku juga tak
peduli saat ku mendengar gunjingan-gunjingan orang, saat mereka melihat
ku bersama mu di hotel berbintang itu. Dan aku rela berdebat dengan
sahabat-sahabatku ketika mereka keberatan untuk mengajak mu ikut
bersama kami.
Tapi tidak untuk hari ini dan
seterusnya. Cukup sudah kebersamaan kita sampai disini. Aku tak bisa
membohongi hatiku sejak kejadian itu saat kita berada di suatu daerah
beberapa waktu lalu, aku merasa kau tak pantas lagi untuk
mendampingiku, kemanapun aku pergi. Itu kulakukan karena aku ingin
menjauhimu. Maaf jika aku terkesan mencampakkanmu, aku tahu kamu pasti
sakit hati dengan perlakuanku ini, tapi itulah kenyataan yang harus kau
terima, kita tak mungkin bersama lagi karena
kondisi dan keadaan ini. Belajarlah
untuk menerima kenyataan. Ingat kebersamaan kita ini hanya bersifat
sementara, cepat atau lambat kita memang harus berpisah. Dan kita harus
bisa menerima itu.
Cobalah kau merenung, dan berkaca agar
kamu bisa berpikir jernih.Coba kau tanyakan pada hati nuranimu, apakah
kamu masih pantas untuk menemaniku. Apakah aku salah jika aku
meninggalkamu. Lihat.. lihatlah kondisimu sekarang, kau sudah tak
layak untuk bersanding denganku.
Aku
tak mau terluka karena keadaanmu sekarang. Maaf kan aku, kalau kini aku
sudah menemukan penggantimu. Dia lah kelak yang akan menemaniku kemana
aku pergi. Sekali lagi aku hanya bisa bilang maaf, aku harus melakukan
hal ini. Dan untuk kesekian kalinya ku bilang ini karena kondisi dan
keadaan yang memaksaku untuk melakukannya.
Yakinlah padaku bahwa kamu takan
tergantikan dihatiku. Kenangan-kenangan indah saat bersama denganmu
takan pernah bisa aku lupakan. Kenangan-kenangan itu akan selalu selalu
terpatri didasar relung hatiku ini. Walau kini aku telah menemukan
penggantimu, tapi kau tetap memiliki kisah tersendiri yang akan
mewarnai kehidupanku. Selamat tinggal belahan jiwaku, terima kasih atas
kesediaanmu yang selalu menemaniku dengan sabar dan tak pernah mengeluh
kemanapun aku pergi. Maafkan aku, jika aku harus meninggalkanmu.
geloo kamu de kirain apa
BalasHapus