Fungsi Pers
Menurut
UU RI No. 40 Tahun 1999, Pers merupakan lembaga sosial, dan wahana komunikasi
massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk
tulisan, suara, gambar, suara dan gambar serta data dan grafik, maupun dalam
bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala
jenis saluran yang tersedia (Pasal 1 ayat 1). Menurut UU No 40 Tahun 1999 pasal
3 ayat 1, Fungsi Pers yaitu:
1.
Sebagai media informasi
2.
Sebagai media pendidikan
3.
Sebagai media hiburan
4.
Sebagai media kontrol sosial
5.
Sebagai lembaga sosial ekonomi
Contoh Artikel
1.
Media Informasi
Gemar Membaca di
Jabar Selalu Meningkat
Kamis, 01/07/2010 - 16:08
BANDUNG,(PRLM).-Terjadi
peningkatan sekitar sepuluh persen terhadap gemar membaca masyarakat di Jawa
Barat. Persentase gemar membaca tahun ini mencapai 60 persen sedangkan tahun
lalu hanya 50 persen. Peningkatan tersebut salah satunya, tidak terlepas dari
peran serta satuan kerja perangkat daerah yang bisa mengajukan permintaan buku
langsung kepada para penerbit.
Hal tersebut
dikatakan Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jabar yang diwakili
Supervisor Grafindo, Dias Syaefulloh, saat ditemui di sela-sela acara Pameran
“SCOPE” Indonesia 2010 mengenai pendidikan dan karir, di Sabuga Convention
Hall, Kamis (1/7). Menurut dia, Perangkat daerah seperti kepala desa, serta
kecamatan yang mewakili masyarakatnya bisa berkoordinasi dengan penerbit
melalui Ikapi Jabar.
“Koordinasi tersebut
dilakukan untuk mengetahui berapa banyak permintaan buku yang diminta
masyarakat. Selain itu, Ikapi sendiri mempunyai program khusus untuk memberikan
buku kepada masyarakat yang kurang mampu. Pemberian buku tersebut bisa berupa
buku sekolah maupun nonsekolah. Buku sekolah seperti buku pelajaran TK, SD, SMP
serta SMA.
Sedangkan nonsekolah bisa
seperti komik,” kata Dias.
Sementara itu,
menurut Staff Trainer Genius Mind Consultancy (GMC) Bandung, Anzar
Sumingkar,mengembangkan keilmuan melalui pendidikan nonsekolah tidak sekedar
didapatkan dari buku tapi juga bisa melalui kursus serta pelatihan. Dengan
adanya pendidikan nonsekolah ternyata mampu meningkatkan prestasi akademik di
sekolahnya.
“Pendidikan
nonsekolah kepada anak-anak bukan hanya belajar, tapi bisa dengan bermain.
Karena, dengan bermain ternyata bisa membuka otak tengah. Namun, aktifasi otak
tengah juga harus didukung dengan menggunakan musik,” ujar Anzar
Anzar mengungkapkan,
otak tengah adalah jembatan yang menghubungkan dan menyeimbangkan fungsi otak
kiri dan kanan. Mengaktifkannya akan memungkinkan baik otak kiri maupun kanan
berfungsi secara optimal. Pengaktifan otak tengah mengembalikan kekuatan otak
pada keadaan semulanya.
Mengembangkan
keilmuan melalui alternatif nonsekolah melalui metode pelatihan atau kursus
dengan menggunakan musik yang sudah dikembangkan GMC ternyata mampu
meningkatkan konsentrasi, serta memori mereka dalam belajar. (CA-05/kur)***
http://www.pikiran-rakyat.com/
Artikel di atas termasuk media informasi karena isinya
menyampaikan informasi tentang peningkatan gemar membaca di Jawa Barat.
2.
Media Pendidikan
Siklus Tsunami Diperkirakan Empat Tahun
Sekali
Minggu, 02/10/2011 - 20:06
SUKABUMI, (PRLM).- Siklus terjadinya bencana tsunami di
Indonesia, diperkirakan terjadi dalam empat tahun sekali. Hal itu, selain
berdasarkan penelitian para pakar tsunami, juga dengan melihat pengalaman
kejadian tsunami sebelumnya di Indonesia.
Demikian dikatakan
pakar Tsunami, Dr. Subandono yang juga menjabat Direktur Pesisir dan Lautan,
Direktorat Jenderal (Ditjen) Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam sosialisasi Mitigasi Bencana dan
Milad ke-66 Kabupaten Sukabumi di Alun-alun Palabuhanratu, Sabtu (1/10) malam.
Menurut
dia, siklus bencana tsunami empat tahunan di Indonesia itu, mengacu pada data
kejadian tsunami sebelumnya. Dari tahun 1600 hingga 2011, sudah terjadi 110
kali kejadian tsunami dalam skala cukup besar. Setelah diteliti selama 400
tahun terjadi 110 kali tsunami itu, bisa disimpulkan siklus terjadinya tsunami
rata-rata terjadi selama empat tahun sekali.
Hal
itu diperkuat pula dengan kejadian tsunami di Indonesia, dari mulai Aceh,
Padang, Yogyakarta, Pangandaran dan terakhir tahun 2010 kemarin di Kepulauan
Mentawai.
“Jadi kalau dikaji lebih jauh, siklus terjadinya tsunami itu rata-rata empat tahun sekali. Akan tetapi, dengan penelitian ini bukan berarti menakut-nakuti, melainkan justru harus menjadi bahan bagi kita semua untuk senantiasa menjaga kewaspadaan,” kata Subandono.
Ia menyebutkan, dari 110 kali kejadian tsunami tersebut, di antaranya terjadi di Aceh, pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, pantai selatan Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Utara dan Papua.
“Jadi kalau dikaji lebih jauh, siklus terjadinya tsunami itu rata-rata empat tahun sekali. Akan tetapi, dengan penelitian ini bukan berarti menakut-nakuti, melainkan justru harus menjadi bahan bagi kita semua untuk senantiasa menjaga kewaspadaan,” kata Subandono.
Ia menyebutkan, dari 110 kali kejadian tsunami tersebut, di antaranya terjadi di Aceh, pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, pantai selatan Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Utara dan Papua.
Sedangkan
beberapa daerah rawan tsunami di Indonesia, di antaranya di pantai barat
Sumatra sudah terjadi 20 kali tsunami, pantai selatan Jawa 11 kali, Laut Banda
30 kali, Selat Maluku 32 kali, Selat Makasar 9 kali dan Papua sebanyak 3 kali.
“Bagaimana
dengan Pantai Selatan Sukabumi? karena termasuk pantai selatan Jawa, sehingga
pantai selatan Sukabumi pun termasuk ke dalam daerah rawan gempa dan tsunami.
Oleh karena itu, kami mengimbau kepada seluruh masyarakat yang tinggal di
pesisir, termasuk Palabuhanratu, perlu waspada mengantisipasi dan menanggulangi
bencana tersebut,” ujarnya.
Kerawanan
bencana gempa dan tsunami tersebut, lanjut Subandono, sehubungan di daerah itu
terdapat dua lempeng rawan gempa yakni lempeng Eurasia dan Indo-Australia.
Sementara
terjadinya gempa bumi tektonik di laut hingga menimbulkan tsunami, dampak
pergerakan lempeng serta kerak bumi. “Nah, terjadinya tsunami di Indonesia itu,
pengaruh pertemuan kedua lempeng tersebut. Lokasi pertemuan kedua lempeng itu,
sekitar 200 km arah ke selatan. Dengan pertemuan kedua lempeng ini lah,
Indonesia menjadi daerah rawan gempa dan tsunami,” tutur Subandono.
Dikatakannya,
mengingat pantai selatan Kab. Sukabumi termasuk daerah rawan gempa dan tsunami,
sehingga masyarakat perlu melakukan berbagai upaya mitigasi (memperkecil
risiko) bencana. Seperti halnya, menyelamatkan diri ke sejumlah tempat evakuasi
yang sudah ditentukan. Misalnya, ke daerah perbukitan atau gedung bertingkat yang
banyak rongganya.
“Seperti
masjid yang banyak rongganya, bisa dipakai tempat evakuasi. Upaya lainnya,
dengan menjaga lingkungan hidup. Misalnya menjaga kelestarian hutan pantai
karena bisa meredam gelombang tsunami. Oleh karena itu, penanggulangan bencana
gempa dan tsunami ini tidak bisa perorangan, melainkan harus melibatkan seluruh
masyarakat,” katanya.
Menanggapi
hal itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kab. Sukabumi, Ir. Dedah
Herlina, M.Si., mengatakan, sosialisasi mitigasi bencana itu, bukan berarti
menakut-nakuti masyarakat, melainkan menumbuhkan kesadaran kepada seluruh
masyarakat agar senantiasa meningkatkan kewaspadaannya.
“Hal
itu dengan melakukan upaya antisipasi, seperti mengetahui tempat evakuasi
apabila terjadi bencana. Setelah sosialisasi mitigasi bencana ini, kita bersama
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) lainnya, akan menindaklanjuti dengan membentuk satgas penanggulangan
bencana di lingkungan masyarakat,” kata Dedah. (A-67/A-88)***
http://www.pikiran-rakyat.com/
Artikel diatas termasuk fungsi pendidikan, karena artikel di atas menginformasikan mengenai fenomena alam, khususnya yang terjadi di Indonesia. Fenemona alam tersebut berkaitan dengan pelajaran Geografi. Untuk itu, artikel diatas, membantu kita untuk mengetahui dan memahami terjadinya tsunami, gempa tektonik.
3.
Media Hiburan
Penipu
Vs Pembunuh Bayaran dalam "Wild Target"
Kamis, 28/07/2011 - 06:35
AE/"PRLM"
ADEGAN di film action-comedy "Wild Target". *
ADEGAN di film action-comedy "Wild Target". *
"WILD
Target" merupakan film action-comedy, produksi tahun 2010. Karya Sutradara
Jonathan Lynn ini dibuat berdasarkan film Perancis berjudul "Cible
Emouvante" (1993). Ditulis oleh Lucinda Coxon, dengan Produser Martin Pope
dan Michael Rose.
Seorang pembunuh
bayaran Victor Maynard (Bill Nighy) ditugaskan pimpinan gangster bernama
Ferguson (Rupert Everett), untuk membunuh Rose (Emily Blunt). Rose menipu
Ferguson dengan menjual lukisan Rembrant Palsu.
Tapi, setelah
mengetahui sosok Rose, Victor memiliki ketertarikan dan berbalik melindunginya.
Dalam perjalanannya, karena kesalahpahaman, mereka tanpa sengaja berkenalan
dengan Tony (Rupert Grint). Mereka bertiga berusaha melarikan dari kejaran
pembunuh bayaran lainnya yang ditugaskan Ferguson.
Apa yang terjadi berikutnya?
Film ini menawarkan
kelucuan, dengan kesan "culun" dan konyol. Tapi mengundang senyum.
Film yang lumayan menghibur. (AE-03)***
http://www.pikiran-rakyat.com/
Artikel ini diatas termasuk dalam fungsi pers sebagai media hiburan, karena artikel ini berisi informasi mengenai sebuah film, dan dalam artikel tersebut disebutkan bahwa film ini bemenawarkan kelucuan, dengan kesan “culun” dan konyol yang bersifat menghibur.
4.
Media Kontrol Sosial
Surat untuk Mahasiswa
Ciamis, 30 Oktober 2011
Tidak
bisa dipungkiri lagi apabila di tahun ke dua pemerintahan SBY Jilid II sudah
banyak pihak yang merasa muak atas kepemimpinannya. Dari mulai rakyat kecil
sampai tokoh lintas agama pun sudah menunjukan reaksinya. Memang sebagai
seorang kepala negara, SBY terlihat begitu elegan. Dengan segala macam
pencitraannya SBY terlihat begitu karismatik. Tak jarang remaja-remaja
perempuan pun ikut mengidolakannya. Tapi sebagai seorang kepala pemerintahan
SBY terlalu plin-plan. Isu resuffle yang kemarin baru berakhir setelah
digulirkan beberapa bulan pada awalnya menjadi harapan banyak pihak akan
perubahan dari pemerintahan SBY yang telah menginjak tahun ke tujuh. Tapi
sangat disayangkan isu tersebut tidak lebih dari sekadar politik dagang sapi.
Di
sisi lain ada suatu kekhawatiran ketika mahasiswa tidak lagi menjalankan
fungsinya sebagai kontrol sosial. Tentunya kita masih ingat bagaimana para
aktivis yang disebut dengan angkatan ’66 dan angkatan ’98 memiliki peran yang
begitu penting dalam meruntuhkan pemerinyahan rezim yang disebut sebagai orde lama
dan orde baru. Memang pada saat itu mahasiswa masih sangat peduli dengan
mengawal jalannya pemerintahan dan mengambil tindakan ketika pemerintah dirasa
tak lagi berpihak pada rakyat. Berbeda dengan mahasiswa sekarang yang lebih
senang dengan dunia hiburan dan gaya hidup hedonisme. Memang tidak salah untuk
mendapatkan suatu hiburan di tengah rutinitasnya sebagai seorang pelajar. Tapi
sangat disayangkan ketika hal itu malah menghilangkan fungsinya sebagai kontrol
sosial.
Majalah-majalah
yang diterbitkan pers mahasiswa pun sudah jarang sekali membahas isu-isu
nasional khususnya mengenai pemerintahan yang sedang berjalan. Setidaknya
itulah yang saya rasakan di kampus saya selama menjadi mahasiswa. Kerap
majalah-majalah di kampus malah penuh dengan banyolan-banyolan ala majalah
remaja. Tidak salah memang memuat hiburan dalam sebuah majalah kampus. Tetapi
apabila terlalu berlebihan apa bedanya dengan majalah remaja. Sebuah media
terbitan mahasiswa tentunya harus pula manunjukkan fungsinya sebagai mahasiswa.
Bahkan jangankan memikirkan negaranya, ada suatu kenyataan yang sangat
memilukan. Sangat kontras memang, ketika dulu Bung Hatta memilih untuk tidak
menikah sebelum Indonesia merdeka. Sekarang seorang mahasiswa malah memilih
untuk tidak melanjutkan kuliah ketika pacarnya menikah dengan orang lain.
Apabila
hal seperti ini terus dibiarkan ada suatu kekhawatiran yang timbul. Tentunya
masih segar dalam ingatan kita bagaimana runtuhnya rezim Qaddafi di Libya.
Mengikuti runtuhnya beberapa rezim lainnya di Timur Tengah. Rezim-rezim
tersebut runtuh di tangan rakyat yang sudah merasa muak dengan pemerintahnya.
Bukan diruntuhkan oleh para mahasiswanya. Ketika mahasiswa tak lagi bergerak
maka rakyat lah yang akan bergerak. Apabila rakyat yang terpaksa harus bergerak
maka gayanya pun tak akan seelegan mahasiswa yang juga disebut sebagai kalangan
intelektual. Rakyat akan cenderung bergerak dengan anarkis. Terjadinya
pemberontakan di Libya merupakan salah satu contoh nyata.
Harus
kita akui bahwa pergerakan mahasiswa tak lagi “segarang” dulu. Beberapa kali
aksi mahasiswa yang diperkirakan akan besar ternyata melempem. Rasanya apabila
hal ini di biarkan bukan tidak mungkin dalam satu atau dua tahun ke depan,
sebelum masa kepemimpin SBY berakhir, rakyat akan bergerak dengan caranya
sendiri. Bukan tidak mungkin apa yang baru saja terjadi di Timur Tengah akan
juga merembet ke negara kita. Harusnya pemerintah belajar dari hal itu.
Kalaupun pemerintah tidak mengambil tindakan harusnya mahasiswa menjalankan
fungsinya.
Ini
hanyalah sebuah ungkapan kegelisahan dari seorang mantan mahasiswa abal-abal
yang memang pernah kuliah di kampus yang tidak begitu terdengar gaung
pergerakannya. Sebuah kampus yang maahasiswanya hanya sibuk dengan masalah
internal dan sibuk menghilangkan sebuah paham yang disebut sebagai apatisme
yang tak kunjung usai. Dengan tidak bermaksud “sotoy”, mari kira renungkan lagi
mana yang lebih baik. Ketika mahasiswa bergerak dengan gayanya sebagai
intelektual muda atau membiarkan rakyat yang sudah muak bergerak dengan gayanya
yang cenderung anarkis?
http://fiscuswannabe.blogspot.com/
Artikel di atas termasuk fungsi pers sebagai medaia kontrol sosial, karena berisi mengenai opini dan fakta mengenai kehidupan mahasiswa, dan berisi keluhan mahasiswa.
Artikel di atas termasuk fungsi pers sebagai medaia kontrol sosial, karena berisi mengenai opini dan fakta mengenai kehidupan mahasiswa, dan berisi keluhan mahasiswa.
5.
Sebagai Lembaga Ekonomi
Cakue C4 dengan Saus
Blackpepper
Rabu, 2 November 2011
| 17:31 WIB
SIAPAPUN
pasti tahu cakue, panganan tradisional Cina ini banyak dijual oleh pedagang
kaki lima. Cakue biasanya hanya disajikan dengan saus dengan cita rasa asam
manis. Hau's Tea salah satu kedai yang menyediakan menu utama cakue, di
sejumlah mal di Bandung, menawarkan menu cakue yang berbeda. Menu ini diberi
nama cakue C4.
C4
di sini merupakan singkatan dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuat menu
ini yaitu cakue, chicken crispy, cheese, dan cream cheese.
Menu
ini disajikan dengan daun selada dan dilumuri saus blackpepper, saus sambal,
dan saus tomat. Menu baru dari Hau's Tea ini dapat dinikmati di semua outlet
Hau's Tea dengan harga promosi, Rp 11.000 per porsinya yang berisi dua buah
cakue dengan isian meriah tadi. (cc)
http://jabar.tribunnews.com/
http://jabar.tribunnews.com/
Artikel ini termasuk fungsi pers sebagai media ekonomi karena penulis menawarkan menu baru yang terdapat di tokonya.
copast : http://diaryvazha.blogspot.com/2011/11/fungsi-pers-dan-contoh-artikel.html
editor : www.facebook.com/chielingga/
makasih ya udah
BalasHapusmampir di
diaryvazha.blogspot.
sukses :)
iya sama-sama .. makasih buat infonya juga .. maaf ya aku copast .. heheheeh
BalasHapusDia sendiri copas,tapi pengunjung gak bisa copas :( mau enaknya aja :(
BalasHapusapa susahnya ctrl+c :(
BalasHapus